Wednesday, February 07, 2007

Obrolan babu negara, Ki Ageng dan Joss Bush

SIANG-SIANG yang sangat terik memang cocoknya buat glethakan di mushola merebahkan badan...

Saya terbangun dah lumayan telat.. Langsung saya meluncur ke bandara dan nyemplak pesawat menuju ke jakarta. Para kru pesawat menatap saya dg penuh kebencian sambil salah satu dari mereka nyeletuk:

"Kalo saja Bapak bukan orang penting sudah kami tinggal!"

Setelah sampai di jakarta saya bagaikan kerbau yang dicucuk hidungnya digiring naik helikopter. Helikopter akhirnya mendarat di Kebon Raya Bogor, lha helipadnya kan yg baru dibangun itu lho...

Laki-laki tegap pada langsung menunjukkan kemana saya harus melangkah. Saya tiba di sebuah ruangan yang bagus sekali. Seorang diri saya disana selama lima belasan menit dan kemudian rombongan presiden RI datang bersamaan dengan rombongan presiden Joss Bush.

"Siapa kamu?" tanya SBY.

"Pay, pakde... ning yo saya bingung kok saya ada di sini lho ya..." jawab saya agak minder.

"Tok tok tok" pintu diketuk lalu muncullah sosok tak asing buat saya. Ki Ageng Congor!!!!

"Ki, sampeyan kesini juga?" tanya saya setengah berbisik saat beliau duduk di samping saya.

"Hush... namaku sekarang Insinyur Akbar Lambe, le..." jawab beliau ketus, seperti biasa.

####


Acara makan siang kali itupun berlangsung meriah, nampak presiden Joss Bush menikmati sekali Tempe Mendoan Bu Saheri kiriman langsung dari purwokerto. (Ini rahasia lho ya... Joss Bush suka makan mendoan). Akan halnya saya makan dengan lahapnya, segala daging dan segala sayur saya hajar sampai tandas licin.

Lalu giliran obrolan santai antara dua presiden dan para undangan. Lha kebetulan undangannya kan cuman dua, saya dan Ir. Akbar Lambe. Maka mau tak mau kami-kami ini harus micara dalam bertutur dan isi omongan kami harus berbobot. Nah giliran pertama jatuh pada saya.

"Pakde Bush, di amrik sana sedang musim apa? Di Ternate lagi musim duren tuh. You know duren, mister?? Pasti you know-lah... wong duren sudah dijadiin rasa pada sebuah merek kondom lho..." entahlah... dari kemungkinan tak terbatas dari pertanyaan yang bisa ditanyakan kok ya saya nanya itu lho...

"Ehm... i know duren, young boy! I like it... but I sedikit ndak suka rasa kulitnya... sudah makannya susah, ndak enak pula.. My Suggestion is, jangan dimakan kulitnya!! But eniwei, di amrik tidak ada musim buah-buahan macam your country.. we make seasons our self... daripada nunggu musim buah ciplukan kan mending menciptakan musimnya sepanjang tahun tho?? Makanya banyak americans yang mencret-mencret kebanyakan makan buah ciplukan..."

Saya lihat presiden SBY merengut mendengar pertanyaan ndak bermutu dari saya tadi.... Kini giliran Ir. Akbar Lambe berbicara.

"Anu, mister!! Mbok sampeyan mau bantu itu lho... posyandu deket rumah saya kok fasilitasnya begitu-begitu saja lho... trus siskamling di RT saya mandeg alias berhenti lantaran bapak-bapaknya pada males, ndak ada gorengan dan kopi buat temen ngantuk katanya... mbok mas Bush ini mau tho nomboki buat gorengan dan kopinya... Trus itu jalan-jalan di desa saya tiap tahun ada proyek pembangunan jalan kok ya tiap tahun jalan itu kayak sungai kering terus lho... ha wong aspalnya jelek, krikilnya dimakan kontraktor dan sebagainya... mbok Mas Bush ini urun aspal yang kerasnya kayak batu intan biar jalan didesa saya awet!! Gimana mister?"

Presiden Bush berdehem sambil melirik ngece pada SBY. Lalu berkata:

"Begini, mister Akbar Lambe... Kalo masalah itu bukan wewenang dan hak saya... Ibarat preman mosok berada di satu pasar lho??? Ha iya jelas tanya saja sama Mas SBY sebelah saya ini... Okay, sir?"

"Ayaaakk... No, sir... No setuju... Kalo protes ke SBY ya ujung2nya mung beliau lalu keliatan di tipi marah-marah sama stapnya... trus ethok-ethok prihatin dan duka (marah) sama menteri-menterinya..." Ki Ageng marah betulan lalu bergegas pergi meninggalkan ruang makan itu.

"Ini pasti banyak yang nanya kenapa saya sama murid saya si Pay ini ada di sini tho?? Lalu mengambil kesimpulan bahwa kedatangan kami ini ndak ada gunanya... Ha rak sama tho?? Sama kan dengan kedatangan Mas Bush kesini... wong nyumbang posyandu saja gak mau... Tak Uk uk yee.... Ayo Pay, mulih (pulang) nggak??"

"Hahhh???!!!" seketika itu juga saya terbangun dari mimpi betulan... Oalah rupanya jamuan makan itu cuman mimpi...

NB:

Tulisan ini terinspirasi dari editorial Metro TV beberapa hari lalu yang menyatakan diantaranya: "Kalo memang mau demo menolak kedatangan Bush tidak bisa, akan lebih baik untuk Presiden SBY mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari kedatangan Bush ke Indonesia, manfaat itu bisa kerjasama di bidang industri atau kerjasama dalam hal lainnya yang bersifat menguntungkan bangsa indonesia, bukannya buat Amerika thok!!"


ditulis 17 november 2006

Malam ini lampu tak kumatikan

Malam ini lampu tak kumatikan

Jika boleh, ijinkan aku tak tidur malam ini
aku ingin berada di sampingmu bertopang dagu
memandangmu tertidur malam ini

bertanya-tanya
mimpi apakah kau malam ini

maaf jika lampu tak kumatikan,
memandangmu lebih baik daripada mimpi sendirian
aku hanya ingin tahu apa mimpimu
karena mimpimu mungkin mimpiku juga

bertanya-tanya
bisakah kulawan rasa kantuk mendengar nafasmu

maaf jika aku terlalu dekat
aku hanya ingin lebih dekat
hingga kudengar detak jantung
detak yang juga telah menjadi detakku

kekasihku,
berharap saja tangan ini tak lelah
jika bisa kulawan segala mati rasa
beribu-ribu semut menyerang otot lenganku
namun kucoba tak kurubah posisi tubuhku

maklum, ranjang ini berderit
tak ingin ku bergerak
karena bisa saja membangunkanmu

tidak,
tidur saja...

aku menjagamu....

Ternate, 06 Agustus 2006

Catatan: Puisi ini sebenarnya ditulis sehabis saya menjenguk kawan saya yang opname di rumah sakit, di seberang ruangan saya melihat seorang kakek terlelap di tepi ranjang saat tengah menunggui istrinya (yang juga telah renta) yang dirawat di rumah sakit itu juga. Puisi ini untukmu, bini!