Saturday, September 16, 2006

Oalah Dunia!!! Dunia!!!

Banda atau nyawa? Harta atau nyawa? Familiar tho dg slogan itu? biasa dipake oleh para rajatega alias perampok di pulo jawa. kalo itu ditanyakan pada sampeyan, mau milih mana?

Beberapa hari yg lalu rumahnya paijo kecurian. Kebetulan temannya yg menginap kehilangan hape. dua lagi! (karena masih baru, dua hape itu saya nilai Rp. 5.000.000). Berulang kali Paijo menasehati agar dia mengikhlaskannya saja. wong cuma harta lho ya? Kan bisa dicari lagi... (Ayaak!)

Cerita tidak berhenti sampe disitu ternyata. Temennya Paijo itu mencari informasi ttg orang pintar yg kira2 bisa membantu menemukan pelaku pencuri atau minimal barangnya bisa ketemu. Hwarakadah! pas jam makan siang, temennya Paijo tersebut pergi menyambangi orang pintar tersebut. Paijo yg goblok itu saat dikasih jawaban bahwa temannya mau pergi ke orang pintar, Paijo malah nganggep temannya mau pergi ke kampus. Haa kampus kan....

Dari hasil minta petunjuk orang pintar tadi, sore harinya temannya Paijo (sebut saja: samson), Samson berniat menginterogasi orang yg paling kuat diduga sebagai tersangka. Orang itu adalah ibu2 tukang cucinya Paijo.

Begitu ibu masuk ke rumahnya Paijo utk mengantarkan baju yg sudah dicuci (Paijo sendiri masih di kantor), Samson langsung menutup pintu dan menguncinya hingga ibu itu terperangkap di dalam rumah. Terang saja ibu itu menjerit ketakutan dan menangis karena dihujani kata2 tuduhan bahwa ibu itu adalah pencuri hape lima juta tadi!

Terang saja kontan penduduk rumah sebelah (penampungan pengungsi kerusuhan Ternate) langsung menghambur keluar mencari tau apa yang terjadi. Seperti layaknya masyarakat yg trauma akan kekerasan dan konflik ini, mereka spontan tergerak utk menghajar Si Samson. (mungkin sudah ada teriakan: "bakar! bakar!! ambil kecap dulu!!!")

Untung ada orang yg berhasil menenangkan para warga.... darah tak jadi tumpah! Darah itu merah, Jenderal!!

Gusti, memang betul kan kalo mempertahankan harta itu bisa jadi jihad. Tapi apa semua harta bisa masuk kategori tersebut? Apa iya? Apa tidak sebaiknya diikhlaskan saja, Gusti? Gusti, Apalagi hartanya orang pajak yg konon meski serupiah pasti ada yg haram. Apa bisa jadi jihad, Gusti? Gusti lebih tahu.

Gusti, jika memang engkau menghendaki seluruh hartaku hilang, niscaya semuanya musnah. Namun ijinkanlah, perkenankanlah hamba-Mu ini utk tidak bersedih. Buat hamba tidak menangis. Bukankah setiap harta kita nanti dihisab? Berat, Gusti!! beraat.....

Ampun Gusti... jika hamba pernah men-Tuhan-kan harta hamba sekecil apapun itu. Ampuni hamba...

inkuntu minadholimiin....

4 ikut nyongor:

Blogger Bangsari said...

whe lah.. kok akeh men bloge? apa ngga pusing itu?

12:08 AM  
Blogger Jeung Indie said...

Untung daku ndak punya harta apa2 jadi ndak pusing *sekedar menyenangkan diri sendiri* hehehe ...

7:13 PM  
Blogger adadeh said...

revisi sedikit bang,

kalimat terakhir tertulis "inkuntu minadholimin", mungkin bang pii terlalu semangat ngetig jadi ada tak sengaja tertinggal.. lengkapnya;

"inni (sesungguhnya saya) kuntu minazzholimin"

pada kata trakhir, huruf ke 12 -mdh2an ga salah- aksara arab mnurut saya lebih tepat menggunakan "zh" daripada "dh", ah jadi belaga guru ngaji..

maaf bila terlalu berlebihan, hanya sekedar berbagi dan mengingatkan, mudah2an berkenan :-)

8:42 AM  
Blogger adadeh said...

hehehe punten2 kalo begitu..

jadi saya yang congore leuwih ageng ..kekeke.. aduh jadi malu ati

8:12 PM  

Post a Comment

<< awal congoran