Saturday, September 16, 2006

Sombongnya Paijo

Gusti, baru saja saya seperti ditegur Gusti. Padahal yg negur tukang gorengan lho! beliau itu meski sehari kerja keras, tak pernah jauh lho dari masjid. Tampilannyapun biasa. Gak pake jenggot (krn gak numbuh), gak kesana kemari pake gamis (tukang goreng kok pake gamis?).

Mau tau obrolan kami?

Paijo: "Mas, mendingan saya ini beli motor honda atau suzuki ya, mas? kalo disini murah yg mana?"

Mas Kang Reng: "Wah kalo gak kleru sih lebih murah yg honda, mas..."

Paijo: "Lho? Bukannya Honda relatif lebih mahal?"

Mas Kang Reng: "Ya Begitu itu... disini nyatanya Honda lebih Murah piye mas?"

Paijo: "Kalo masalah mesin, mending yang mana Mas?"

Mas Kang Reng: "Weh! wis wis kalo urusan itu saya ndak ngerti... nyerah!! mo beli tho mas? Nah gitu beli... buat tumpakan kesana-kemari.. petugas pajak kok ngantornya pake sikil alias jalan kaki terus!!"

Paijo: "Woh! ini gak ada hubungannya dg petugas pajak, Mas! Insya Allah saya mau beli. tapi baiknya motor apa ya?"

Mas Kang Reng: "Wis, itu sudah adzan itu lho.. Ayo ke masjid! sekalian nanti matur, bicara sama Gusti Allah, baiknya yang mana! Honda atau Suzuki!! Ayo... Kalo perlu shalat istikhoroh sekalian!!"

Paijo: "Hehehehe Mas ini! Wong cuma milih motor saja mesti matur dan shalat istikhorokh segala lho!!" (sambil berjalan ke masjid)

Mas Kang Reng: "Huahahahahahahaha Hahahahahaha!!!" (Paijo bingung apa yg lucu dg kata2nya...)

Gusti, saat shalat maghrib ini hamba, Paijo yang bodoh ini baru sadar apa makna tertawanya Tukang Gorengan tadi.

Oalah Gusti... Maafkan saya! Alhamdulillah, saya ketemu ustadz lagi dalam kemasan tukang goreng! besok apa lagi? Tukang Rombeng alias Pemulung?

Sedangkan rayap, semut, tikus dan hama tak pernah benar-benar bisa engkau kalahkan. Sedangkan tak bisa kau bebaskan tubuhmu dari gravitasi, tak bisa kau hindari ausnya daging tulang dan keriput kulitmu. Sedangkan semenit yang akan datang tak mungkin kau sungguh-sungguh ketahui apakah maut datang menjemputmu atau tidak. Apa yang terjadi dengan akal sehatmu sehingga berani-beraninya engkau tak menyertakan Allah di dalam setiap proses pengambilan keputusan-keputusan dalam perjuangan hidupmu
(Cak Nun)